Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA lahir di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tanggal 17 Desember 1969. Putra Mantan Ketua MUI, Drs. H. Amidhan Shaberah ini merupakan politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta sejak 15 April 2020. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra selama dua periode yakni 2014-2019 dan 2019-2024. Pada periode pertama, ia menjabat Wakil Ketua Komisi II DPR RI. Dia terpilih dari daerah pemilihan Jawa Barat V dengan total suara 23.991 dalam Pemilu 2014.
Pada tahun 2012, pria yang akrab disebut Ariza ini pernah ikut serta dalam Pilgub DKI Jakarta, sebagai Calon Wakil Gubernur mendampingi Hendardji Soepandji. Akan tetapi, pemilihan saat itu dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok.
Saat ini, selain menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Gerindra sejak 2008, Wakil Gubernur DKI Jakarta ke-15 ini juga masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal DPN Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI).
Pada tanggal 6 April 2020, Riza Patria terpilih untuk mengisi jabatan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang kosong usai Sandiaga Uno, Wakil Gubernur sebelumnya, mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dalam Pilpres 2019. Ariza memenangkan pemilihan di DPRD DKI Jakarta dari lawannya, yakni kader Partai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nurmansjah Lubis. Ariza memperoleh 81 suara, sedangkan Nurmansjah Lubis memperoleh 17 suara. Dua suara lainnya tidak sah.
Latar Pendidikan
Fondasi pendidikan formal Ariza dimulai di SDN 08 Kedaung Kali Angke, Jakarta Barat. Dia lulus tahun 1983. Pada tahun 1986 dia melanjutkan di SMP Islam Al-Azhar Pusat, Jakarta Selatan. Pendidikan tingkat menengah dia tempuh di SMA Islam Al-Azhar Pusat, Jakarta dan lulus tahun 1989. Di tingkat pendidikan tinggi, Ariza mengambil Sarjana Teknik Sipil ISTN, Jakarta dan dia selesaikan tahun 1997. Dia kemudian mengambil program S2 di Master in Bussines Administration, ITB Bandung yang berhasil dia tuntaskan pada tahun 2008.
Kiprah Organisasi
Suami Ellisa Sumarlin, SE ini memiliki segudang pengalaman organisasi sejak remaja. Bakatnya di organisasi memang terlihat sejak sekolah. Tahun 1987-1988, saat masih SMA dia menjadi Ketua OSIS SMA Islam Al-Azhar. Saat kuliah, dia memegang amanah sebagai Bendahara Senat Mahasiswa Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) tahun 1992-1993. Selanjutnya, Ariza pada tahun 1992-1995 dipercaya menjadi Ketua Ikatan Alumni SMA Islam Al-Azhar. Pada tahun 1994-1995, Ariza didapuk menjadi Komandan Batalyon 15 Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta. Di luar lingkup kampus, Ariza didaulat menjadi Wakil Ketua DPD KNPI Provinsi DKI Jakarta tahun 1997-2002.
Di KNPI, pria berdarah Banjar ini pernah tercatat sebagai Ketua DPP KNPI 1999-2005. Pada Kongres KNPI 2008 di Bali, Ariza bertarung melawan Aziz Syamsuddin (Anggota DPR RI) dalam memperebutkan posisi Ketua Umum DPP KNPI. Sebelumnya, pada Kongres KNPI di Bekasi 2002, Ariza juga sempat bertarung pada putaran kedua melawan Idrus Marham, Mantan Sekjen Golkar.
Selain KNPI, Ariza banyak berkecimpung di organisasi lain. Dia pernah menjadi Bendahara Dewan Pengurus Pusat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPP BKPRMI) tahun 2000-2003, Ketua DPN Garda Muda Merah Putih (GMMP) dan Ketua DPP GEMA MKGR (2001-2006). Pada tahun 2004-2009 Ariza mendirikan Forum Pemuda Kalimantan sekaligus menjadi pembinanya.
Ayah dari Aisha Safa Putri Callista, Aqila Khiaranisa, dan Athila Hannadhira menjadi Komandan Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia periode tahun 2006-2016, Aktif sebagai Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) sejak 2006 hingga sekarang, menjabat Ketua DPP Trilogi Pembangunan (2008 – 2011), Wakil Kepala Humas PB Persatuan Bulutangkis Indonesia (PB. PBSI) 2008 – 2013.
Sejak tahun 2009 hingga 2014, Ariza dipercaya menjadi Ketua Umum DPN Garda Muda Merah Putih (GMMP), Ketua Komtap Organisasi KADIN Indonesia (2010-2015), menjabat Sekretaris Jenderal DPN Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) periode 2011–2021, Ketua DPN HKTI 2015-2020, Wakil Sekretaris Jenderal MPP Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) periode 2016-2021, dan menjadi Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) periode 2017 – 2022.
Di sela kesibukannya sebagai aktivis, Ariza juga menggeluti dunia bisnis. Latar belakang keilmuannya sebagai insinyur dikembangkannya dalam dunia bisnis. Direktur Utama PT. Gala Ariatama tersebut saat ini juga tercatat pernah menjadi pengurus BPD HIPMI Jaya 2001-2003.
Karier
Riza diketahui pernah menjabat sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta pada tahun 2003 hingga 2008. Kariernya di dunia parlemen tak perlu diragukan lagi. Riza pernah menduduki sejumlah jabatan sebagai anggota DPR RI sejak tahun 2014. Pada tahun 2014 hingga 2019, Riza menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi Gerindra MPR RI. Pada periode yang sama, Riza juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II DPR RI.
Tak berhenti sampai di situ, Riza juga pernah menjabat sebagai Ketua Panita Kerja (Panja) Pertanahan Indonesia DPR RI pada 2014 hingga 2018 dan Wakil Ketua Pansus Undang-Undang Pemilu DPR RI pada 2016 hingga 2017. Riza kembali melenggang masuk Kompleks Parlemen sebagai Wakil Ketua Komisi V DPR RI dari Partai Gerindra periode 2019-2024. Dia juga menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Gerindra MPR RI periode 2019-2024. Mengikuti jejak sang ayah yang mengabdi di bidang keagamaan, pada 2010 Ariza Patria diamanahi sebagai Ketua Umum Yayasan Darul Muttaqien di Bogor, Jawa Barat.
Hobi dan Karakter
Tidak seperti orang-orang pada umumnya, Ariza memiliki hobi yang cukup unik, yaitu mengurus orang. Dalam artian, dia selalu ingin membantu dan melayani masyarakat. Hal ini tak lepas dari karakter dia yang dikenal sebagai pekerja keras dan “gila kerja”.
Dalam bekerja, Ariza memiliki prinsip “fight till the end”, berusaha sampai pintu takdir memang tertutup untuknya. Untuk mewujudkan program dan impiannya dalam bekerja, dia akan berusaha dengan segala cara dalam arti yang positif, bukan menghalalkan segala cara. Segala cara versi Ariza adalah segala cara yang mungkin bisa ditempuh, baik dengan bicara, dengan lobi, dan lain-lain.
Prinsip inilah yang mengantarkannya menjadi Wakil Guburnur DKI Jakarta seperti saat ini, juga saat dia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dalam Pileg 2014. Saat itu, sebenarnya kondisi logistik Ariza tidak memungkinkan untuk menjadi seorang anggota DPR RI. Namun, atas kehendak Allah swt. dan prinsip yang dipegang teguh olehnya itu, dia berhasil melenggang ke Senayan.
Karekter unik lainnya dari lelaki yang juga akrab disebut Bang Ariza adalah karakternya yang “tidak enakan” dan otentik. Dia tidak suka melakukan segala sesuatu yang artifisial atau dibuat-buat, baik dalam tindakan, ucapan, maupun sifat dan sikap. Ariza adalah tipe orang yang apa adanya dan sangat otentik. Lebih dari itu, semua yang dia ucapkan dan lakukan dilandasi dengan niat baik, bukan untuk membuat gimmick dan lain-lain.
Ariza juga dikenal mudah bergaul, supel, dan enjoy dengan semua orang. Dia tidak memilik-milih orang dalam bergaul, dan tidak tebang pilih dalam memberi kepercayaan kepada orang. Baginya, baik orang baru maupun orang lama sama saja, asalkan memiliki kualitas dan integritas. Dia akan memberi kepercayaan kepada orang yang memiliki kualitas dan integritas, meskipun itu orang baru baginya.
Perjalanan dengan Gerindra
Gerindra adalah partai politik pertama Ahmad Riza Patria. Keberhasilan Ahmad Riza Patria menjadi Wakil Gubernur merupakan hasil dari investasi politik yang ditanam sejak lama, yaitu sejak dia menjadi aktivis mahasiswa. Di Gerindra, Ariza dikenal sebagai orang yang bisa merangkul semua pihak, baik di luar maupun di dalam partainya. Ariza berjejaring dengan partai-partai dan organisasi lain, serta bergaul dengan siapa saja. Mulai golongan agamis sampai nasionalis, mulai golongan tak punya sampai golongan berada. Habiburokhman, rekannya di Gerindra bahkan menyebutnya sebagai seorang Pelobi Ulung. Dalam hubungan dengan partai-partai lain, Ariza mengambil peran sebagai jembatan penghubung yang bekerja di balik layar. Dia tetap bekerja menjalankan peran itu meskipun yang mengeksekusi ke depan bukan dia. (RHT)
Sumber: diolah dari berbagai sumber