Oleh : Salamuddin Daeng *
Tahun 2018 Indonesia tidak hanya dilanda gempa dan tsunami alam, tapi juga dilanda gempa ekonomi dan tsunami krisis.
Ada tiga krisis yang dihadapi bangsa ini yang membawa bangsa dan negara indonesia menuju jurang kehancuran. Sehingga Pemilu 2019 akan menjadi medan penghancuran negara Indonesia dikarenakan pada pemilu ini akan bertemu tiga krisis yakni :
- krisis ideologi dan krisis kebangsaan yang akan berujung pecahnya bangsa dan negara Indonesia menjadi serpihan yang tak terselamatkan. Bangsa ini tidak lagi dapat dipersatukan dengan visi apalagi misi yang sama.
- Krisis ekonomi yang akan berujung pada ambruknya pemerintahan dan kocar kacirnya kehidupan ekonomi masyarakat pada semua tingkatan.
- Krisis sosial budaya yang akan berujung pada masyarakat yang super exclusive tidak peduli satu sama lain, dan saling meniadakan satu sama lain, hilangnya kehormatan penyelenggara negara dan tokoh-tokoh masyarakat.
Krisis ekonomi akan menjadi pemicu ledakan krisis multidimensi. Jikapun Jokowi bisa lolos 2018 dengan selamat maka akumulasi beban kehidupan berbangsa dan bernegara akan menggunung di 2019. Saya kurang yakin pemenang pemilu 2019 akan memiliki jalan keluar atas masalah yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, ada tiga beban ekonomi yang dihadapi yang tidak mungkin dapat dipecahkan oleh sistem yang tengah dipakai saat ini yakni :
- beban bunga internasional meningkatnya suku bunga internasional, Indoneisa bisa dapat utang dengan bunga makin mencekik. Untuk bayar bunga sekarang aja sudah setara dengan jumlah uang beredar di dalam negeri.
- beban kurs yang semakin mencekik. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap USD akan meningkatkan utang berkali kali lipat. Sementara kurs mengarah ke 20 ribu per USD, dikarenakan defisit neraca eksternal permanen.
- beban bunga dalam negeri yang kian menjerat leher. Bank-bank sudah memasang bunga 14 persen di 2019. Rakyat sudah menjerit. Perusahaan, rakyat tidak akan bertahan lama dengan bunga mencekik. Karena pada saat yang sama harga-harga sudah melilit usus.
Jadi masih tetap mau berjalan dengan pemilu ini, atau ada cara lain untuk menata ulang negara ini? Untuk menata ulang negeri ini dibutuhkan dua biaya besar yakni membersihkan puing-puing sisa reruntuhan dan biaya membangun kembali.
*) Penulis adalah Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)